Gambar diatas mengingatkan aku akan masa kecilku didesa. Ayahku seorang guru lebih tepatnya Kepala Sekolah Dasar didesa, tempat tinggal kami tidak menetap alias kontrak. Suatu hari ayah dan ibu memutuskan untuk pindah kontrak yang nggak jauh dari rumah kontrakan sebelumnya, tapi kondisi rumah lebih sederhana, dibanding rumah yang kami tempati dulu. Dindingnyapun terbuat dari anyaman bambu, ada tungku, halamannyapun luas, macam-macam tanaman tersedia disana mulai dar mangga, jambu air, nangka, pisang, pepaya, kedondong belimbing, jeruk, dan masih banyak lainnya. Entahlah kenapa orang tuaku memilih tuk tinggal disana. Namanya juga desa jadi ya begitulah. Teman sebayaku banyak, tapi nggak ada yang satu sekolah sama aku.
Aku, anak kedua dari tiga bersaudara, kedua saudaraku laki-laki, teman-teman kakakku juga sering kerumah, mereka betah main dirumah kami, adikku juga gitu temannya sering main kerumah, belajar bersama, nonton tivi bareng.Sedangkan aku, temen cewekku sedikit, nggak banyak kayak mereka, jadi kalo mereka main aku suka ikutan, main kasti, karet, kelereng, layangan, mancing, bersepeda, main kesungai, nyari tebu, main kesawah, atau yang lainnya.
Pernah suatu hari waktu itu hari puasa, banyak orang jual petasan minta dibeliin nggak dikasih duit, katanya takut kena inilah itulah, kami tak bisa membantah, Aku sama adikku punya ide bikin petasan sendiri kalo kata orang dulu mercon. Uang jajan sebagian kami sishkan buat beli karbit, minyak tanahnya tinggal ambil didapur, dulu masih pake kompor minyak tanah, nggak kayak sekarang sudah modern. Pulang sekolah kami berdua bikin lubang disebelah rumah, agak sedikit jauh dari rumah induk, kami bikin seperti goa, pas ditengah gundukan tanah tersbut tepatnya diatas dikasih sedikit lobang kecil , kaleng bekas cat udah siap juga, lidi buat nyalain api sudah siap. Menjelang magrib kami sibuk dengan mainan, bukan malah bantu nyiapin buka puasa, yang bantuin ibu malah kakak. Begitu adzan magrib terdengar,,,,,,,,,boooooooooooommmmmmmmmmmmmmmm,,,,,,mbleeeeekkkkkkkk, ayah, ibu, kakak kaget, koq suaranya dari sebelah rumah, merekapun berlari kesebelah rumah mendapati aku dan adikku main petasan bumbung. Ayahku marah sambil ngomel macem-macem, ibu mencubit kami berdua, sambil berkata "anak perempuan mainannya koq petasan, ngajarin adik nggak bener ya?", aku cuma meringis kesakitan,waktu itu aku kelas 5 SD, adikku kelas 2 SD.
Tak hanya sampai disitu saja, pulang sekolah habis makan langsung manjat pohon jambu air, saking jengkelnya liat aku yang suka manjat, kakak membawa kayu sambil mukul-mukul kakiku dari bawa sambil terik "turun,,,turun,,,turun". Aku bilang "bentar kak nanggung nih", sambil terus makan jambu diatas.
Kalo nggak manjat , kadang aku suka ngelempar mangga punya tetangga, kalo ketauan yang punya ,paling orangnya cuma senyum-senyum aja. Kalo kakakku udah jengkel liat kelakuanku dia pasti bilang sama ibu , aku disuruh masukin ke pondok pesantren, biar nyuci sendiri, masak sendiri, tidur sendiri, kalo sudah begitu biasanya beberapa hari aku jadi anak manis.
Sering aku dihukum ibuku gara-gara kelakuan kayak anak laki, badung, karena pengen liat aku diam dirumah , tenang nggak bikin ulah aku dibelikan kain disuruh bikin taplak hahahahaha, aku sih mau -mau saja, dan aku kerjakan, mau tau berapa lama taplak itu jadi? Satu tahun, itupun banyak dibantu ayah,,,hehehe
Mungkin ibuku capek nasehatin aku, aku boleh main tapi kalo terdengar asar harus sudah nyampek rumah dan bersih-bersih rumah. Waktu itu aku pamit mo main ketemenku bawa sepeda jengki, sampai disana kamipun berangkat kerawa, yang disebelahnya ada tiga sumber mata air yang biasa digunakan mencuci, mandi, banyak tanaman pandan disana, pohon bambu, ikan emas, kamipun sibuk mainan air , berenang, nyari ikan, sampai akhirnya lupa waktu, jam 16.30 aku baru nyampek rumah, tanpa rasa bersalah aku langsung mandi, sudah mandi aku laper tapi keburu penebah melayang dikakiku, aku mengakui salahku, dan kata ibuku parahnya aku dikendalikan oleh waktu, harusnya aku mengendalikan waktu,,,hukumanpun didapat, aku menerimanya sambil nangis. Hampir tiap hari badanku sering dicubit ibu gara-gara gemes sama aku.
Masih banyak lagi kebandelanku waktu itu, tapi sekarang pengalaman dan kenangan itu sangat lah aku rindukan, tapi dia tak kan pernah kembali, jika memgingat itu semua aku suka senyum-senyum sendiri, apalagi kalo ibuku menceritakan sama cucu-cucunya yang notabene adalah keponakanku , mereka tertawa , nggak nyangka kalo tantenya badung, dan itupun diamini oleh kakak dan adikku. Sejak kecil mereka taunya tantenya orang yang modis, pendiam, suka dandan, berpenampilan menarik, tapi biar badung begitu tantemu pinter dan pendiam,,,,gitu kta kakak dan adikku, aku jadi tersipu malu. Ya pada prinsipnya sejak kecil kami diharus belajar mengaji, sholat nggak boleh ketinggalan, orang tua kami nggak pernah main-main untuk urusan mengaji , sholat, mereka keras nggak ada kata kompromi untuk urusan yang satu ini, disiplin!!!!!!!
Apa yang kami peroleh pada masa kecil sangatlah berharga, dan bermanfaat untuk kehidupan kami kedepannya. Indahnya masa kecilku,,,,hhhmmmmm
kebalikan sama aku
BalasHapusaku nich kecilnya cool kalem
ibaratnya bunuh nyamuk aja aku gak berani :):):):):)